Menggunakan Model Triple Helix dalam Penanganan Pandemi

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Penanganan pandemi Covid-19 memerlukan kolaborasi dari seluruh sektor, termasuk masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), menerapkan model triple helix. 

Secara teori, triple helix mengacu pada serangkaian interaksi antara akademisi, sektor swasta, serta pemerintah, untuk mendorong pembangunan ekonomi dan sosial. Namun kali ini, triple helix diterapkan dalam rangka mengumpulkan inovasi penanganan Covid-19. 

Hal itu diungkapkan Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa, saat menjadi narasumber pada Talk Show Ruang Publik yang diselenggarakan Kantor Berita Radio (KBR), Kamis (24/09). “Model triple helix sangat penting. Ada kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi. Dalam apresiasi inovasi penanganan Covid-19, kami juga melibatkan mereka,” ungkap Diah. 

Perlu diingat, Kementerian PANRB bersama Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), mengumpulkan beragam inovasi penanganan Covid-19 untuk diberikan apresiasi. Tidak hanya dari pemerintah, inovasi yang dikumpulkan bisa juga yang diciptakan oleh swasta, kelompok masyarakat, bahkan individu. 

Dalam hal ini, Kementerian PANRB tidak bertugas sebagai penilai, tapi sebagai tim sekretariat. Tugasnya adalah melakukan pencarian serta inventarisasi inovasi penanganan Covid-19. 

Sementara tim penilai diketuai oleh Danang Girindrawardana, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Sedangkan anggota tim penilai adalah Ratri Wahyu Mulyani (Peneliti Utama Litbang Kompas) dan Bambang Setiawan (Direktur Screening Indonesia). 

Sampai dengan penutupan pendaftaran inovasi penanganan Covid-19 pada tanggal 30 Juni 2020, terdapat sebanyak 1.204 inovasi dari berbagai sektor. Dari jumlah tersebut disaring menjadi Top 21 inovasi penanganan Covid-19 yang akan menerima apresiasi. Ke-21 inovasi terpilih itu terdiri dari 12 inovasi instansi pemerintah pusat dan daerah, masing-masing tiga inovasi dari perguruan tinggi, perusahaan swasta, serta masyarakat sipil. 

Sementara itu, Danang Girindrawardana yang juga menjadi narasumber dalam talk show tersebut mengungkapkan, model triple heliks berguna untuk membangkitkan kembali perekonomian. Para pengusaha atau sektor swasta bergantung pada pelayanan publik yang diberikan oleh instansi pemerintah, misalnya dalam pemberian izin usaha. 

Danang berharap, Kementerian PANRB selaku instansi pembina, bisa mendorong dan menciptakan regulasi yang meningkatkan kualitas pelayanan publik. Selain itu, ia juga ingin agar Kementerian PANRB menegur atau melakukan evaluasi terhadap penyelenggara pelayanan. “Kalau ada instansi yang pelayanannya tidak bagus, Kementerian PANRB bisa mengingatkan, evaluasi, dan menyandingkan pelayanan dengan layanan lain,” ujar Danang. (p/ab)